Kerokan Salah Satu Alternatif Pengobatan Covid?
Kerokan adalah pengobatan tradisional khas Jawa yang sampai saat ini masih sering dilakukan terutama olehku. Setiap sakit apapun terutama flu, aku selalu berasumsi aku lagi masuk angin. Banyak yang bilang kerokan adalah masalah sugesti, namun aku berpikiran lain. Aku yakin kerokan membuat titik-titik aktivasi pada tubuh terpicu dan meningkatkan sistem perbaikan tubuh. Apalagi kerokan masuk angin tidak dikenal dalam dunia kedokteran. Bahkan masuk angin sendiri dianggap bukan penyakit. Mereka saja yang tidak tahu dasyatnya manfaat kerokan masuk angin.
Covid Mudah Menyerang Pada Orang Yang Gensian Kalau Lapar
Seminggu yang lalu tepatnya tanggal Senin 19 Juli 2021 istriku mengeluh badannya nggak enak. Sehari sebelumnya istriku yang workaholic memang kurang makan dan minum. Seperti biasa kalau sudah didepan laptop konsen ngeblog diingatkan makan dan minum cuma dijawab hmmm. Dipaksapun tidak mau.Sebagai lelaki yang sabar, aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Ya sudah aku siapin saja botol minum disebelahnya. Tapi dia tetap cuek dan akhirnya besoknya tepar.
Badannya demam tinggi, pilek dan sakit kepala. "Sukurin", batinku sambil nyuci piring. Hal yang tidak pernah aku lakukan kalau istriku sehat. Sebenarnya aku mau nawarin dia buat tak kerokin. Soalnya kalau aku sakit seperti itu, habis dikerokin badan langsung enakan. Tentu saja semua karena Allah ya sobat. Kerokan adalah salah satu jalan ninjaku berikhtiar.
Sebenarnya istriku jarang kerokan sih, lagian masih hari pertama ya sudah deh nggak aku tawarin. Aku kasih istriku obat flu biasa. Sampai 3 hari hampir berlalu, gejalanya tidak membaik. Tetap lemas, sakit kepala, pilek. Pengen batuk tapi tertahan. Pengen meluk tapi lemas.
Kerokan Masuk Angin
Seperti biasa, kalau flunya lama, aku pasti nawarin buat ngerokin. Akhirnya rabu malam (21-06-2021) selepas anak-anak tidur aku kerokin doi. Setelah dikerokin badannya terasa segar, kepala sudah nggak pusing lagi dan pileknya jadi plong. Ini beneran testimoni dari dia lho, aku nggak diendorse sama kerokan.
Tapi setelah itu jadi batuk. Kata doi sih dari kemarin pengen batuk tapi tertahan cintamu, eh maksudnya tertahan pilek. Sebenarnya bingung juga, batuk kok tertahan pilek. Biasanya batuk tertahan soalnya malu sama mertua.
Tapi aku sudah lumayan lega, esoknya aku izin pulang terlambat soalnya mau ambil probiotik dulu di rumah seorang sahabat. Nah pas disana aku diwhatsapp sama doi. "Yank, aku to nggak bisa nyium ik (Yank, aku nggak bisa membau ik)". Duh, batinku. Hilang pembauan kan salah satu ciri Covid. Setelah sampai dirumah aku whatsapp perangkat RT dan RW. Alhamdulilah istriku diendorse pak RW buat test antigen di puskesmas.
Setelah menunggu dengan penuh keyakinan kalau dia positif, eh waktu hasilnya keluar ternyata doi memang positif. Dalam perjalanan pulang kami ketawa-ketawa menertawakan keadaan. Baru kali ini aku tahu ada hilang pembauan tanpa pilek lho. Dan sebagai konsekuensi karena positif maka dia harus isolasi mandiri selama 14 hari.
Esoknya aku juga minta test PCR di kantor. Alhamdulilah hasilnya negatif. Jujur saja aku deg-degan soalnya dikantor kadang lepas masker. Soalnya kalau pakai masker terus kacamatanya ngembun :(.
Selama isolasi mandiri (yang saat ini belum selesai). Masyaallah banyak sekali yang membantu kami. Baik dari tetangga maupun teman-temannya dan teman-temanku. Kulkas dan dapur sampai penuh. Aku sendiri minta ijin WFH. Bagaimanapun juga aku tinggal bareng penderita covid.
ehm dari tadi ngelantur sebenarnya cerita apa sih? Sebenarnya aku cuma pengen cerita istriku habis kena covid tapi nggak nyadar. Maklum kami berdua memang pede soalnya sudah divaksin 2x. Mungkin kalian bertanya-tanya, "sudah vaksin kok masih kena covid?"
Vaksin tidak membuatmu kebal terhadap virus corona, tapi dengan vaksin, tubuh kita lebih siap menghadapi mereka. Kalau saja kami belum vaksin, mungkin gejalanya bisa berat dan aku bisa tertular. Karena sudah vaksin, gejalanya cuma gejala ringan saja. Tapi seringan-ringannya covid tetap saja menyiksa.
Testimoni dari dia, badannya pegal semua, sakit kepalanya nggak hilang-hilang meski sudah minum obat batuk, eh obat sakit kepala. Untungnya doi sudah terlatih kalau soal sakit kepala. Dulu doi sering banget migren.
Entah kebetulan atau tidak, tapi semua gejala seperti badan pegal, pusing, pilek dan demam semua langsung reda setelah kerokan. Sisanya hilang pembauan dan rasa alhamdulilah juga berangsur membaik setelah mengkonsumsi obat herbal dari Bilistiwa Semarang. Bilistiwa Semarang adalah lembaga pengumpul wakaf di sekolahnya Ifa (Kuttab Al Fatih Semarang).
Selalu deh artikel2mu bikin ngakak :D :D
ReplyDeleteOoh, jadi waktu aku bapil demam dan pusing waktu itu, kamu sukur-sukurin to Yank? Wkwkwk. Bukannya didoain malah disukurin, dasar suamik gemesin..
lha sudah disuruh minum sama maem rak nggape kok, terserah lah mengko yek asam lambunge kumat, eh malah keno koped
DeletePostingan ini semacam kode buatku untuk ngerokin lagi, wkwk. Iya deh dikerokin, tapi kasih cepek dulu dong, hahaha.
DeleteYa Alloh, di komen blog pun masih mesra wkwk. Tapi emang kerokan bikin enak badan, Pak. Cuma sekarang saya jarang kerokan. Palingan tempel koyo sama pijit².
ReplyDeleteSaya malah nggak kuat pakai koyo bu
DeleteHwah kalau saya kurang berani kerokan, apa karena sugesti juga ya, karena perasaan kalau sudah kerokan, bukannya enak nih badan, malah pada nyeri bekas kerokannya
ReplyDeletePengalamanku dalam dunia perkerokan, kalau sakit berarti nggak masuk angin pak. Kalau masuk angin malah nggak kerasa sakit. Bisa juga respon nyeri setiap orang berbeda-beda
DeleteAkupun ngakak pas bagian 'sukurin'... Pasangan gokil abis ini...
ReplyDeleteJadi ingat adik ipar pas habis jadi panitia Qurban dan esoknya sakit persis gejala covid. Pusing berat nggak ilang-ilang. Akhirnya kerokan lalu kepalanya disiram air garam. Habis itu enteng katanya.
Kalau pakai air garam aku nggak pernah bu
DeleteAku malah gak bisa kerokan pak, biasanya pake bawang yang istilahnya diblonyoh jadi enakan:D
ReplyDeleteBawang kurang nendang sih hehe
DeleteYa Allah lucune pak Martin bikin ngakak tulisannya, alhamdulillah udah sehat semua ya
ReplyDeleteAlhamdulilah sudah sehat bu
DeleteAkutuh ga suka deh kerokan, gak suka sama panas setelahnya... Eheheheh
ReplyDeletepadahal panasnya bikin seger kayak habis sauna
DeleteTulisannya enjoyable sekali, Pak.
ReplyDeleteSampai sekarang saya belum pernah kerokan. Lebih memilih bekam.
kalau belum pernah jangan dilakukan mbak. Aku pernah nyoba bekam juga. Tapi karena terbiasa kerokan, jadi kurang greget
DeletePernah sekali di kerok waktu masuk angin lumayan ngefek sih. Tapi abis itu enggak berani lagi takut ketagihan dikerok hehe
ReplyDeleteNah, sekali-kali gpp. asal jangan sampai ketagihan
DeleteAkuuuuu tim kerokan :( kebiasaan dari kecil. Ga tau kenapa kalau sudah dikerok tuh, meriang dan pusing membaik.
ReplyDeletetoss mbak, aku sakit apa saja kayaknya sembuhnya pakai kerokan deh. Sugesti mungkin
Delete