Komunitas ODOP (One Day One Post) adalah sebuah komunitas menulis yang didirikan oleh bang Syaiha pada tahun 2014. Menurut istriku, jika mengikuti event ODOP, aku harus siap mengikuti tantangan di ODOP, yaitu menulis 1 post setiap hari.
"Jujur (menghela nafas), ini berat." kataku padanya saat itu,
"Namun di ODOP kamu bisa belajar banyak hal terkait penulisan." terusnya. Saat mendengar itu aku pun bergumam, "WOW, aku harus ikut nih." tukasku. Dengan percaya diri akupun mendaftar sebagai peserta ODOP Batch 8. Dan sialnya, aku diterima. Alhamdulilah, namun aku takut tidak bisa konsisten. Aku malu dengan semut merah disamping istriku yang seakan penuh tanya, "Ngapain lihat-lihat?"
Alasan utamaku mengikuti ODOP aku ingin belajar kepenulisan. Selain itu, aku juga ingin lebih konsisten menulis. Sudah lama aku ingin menjadi penulis. Jujur keinginan itu muncul karena aku sering takjub dengan tulisan istriku. Bukan kali ini saja, seandainya kalian tahu.
Sejak masih pacaran 16 tahun yang lalu, dia sering mengirimiku tulisan. Meski jarang aku balas, tapi aku tidak bisa menepis tulisannya sudah membuaiku. Akupun takluk padanya. Apalagi dia rajin sekali menungguku di luar kelas. Lalu kami berdua berjalan kaki mengitari kampus, eaaaa malah curhat.
Kemampuan menulis adalah sebuah proses yang panjang. Namun, sebagai orang Indonesia pada umumnya, aku sering tidak sabar mengikuti proses ini. Akhirnya aku sering frustasi. Banyak hal yang membuatku luluh lantak, kecewa jiwa terhantam badai. Sulitnya mencari ide tulisan, menterjemahkan ide tulisan ke pokok-pokok pikiran. Kemudian mengubah pokok pikiran menjadi karangan. Semua hal ini mungkin terlewat dari pikiranku. Orang jawa bilang "durung nyandak pikirane".
Aku terlalu percaya diri dengan pengalamanku selama 6 tahun menjadi penulis. Aku lupa bahwa menulis dengan bahasa pemrograman berbeda dengan bahasa Indonesia. Bahwa menerjemahkan ide kedalam pokok pikiran tidak semudah menerjemahkan alur manual ke flow document. Bahwa merangkai kalimat sesuai dengan pokok pikiran tidak sama dengan mengurai flow document menjadi barisan kode pemrograman.
Dengan mengikuti ODOP, aku berharap mendapat secercah ilmu kepenulisan yang baik dan benar. Selain itu aku juga mencari teman-teman seperjuangan yang masih sama-sama belajar menulis dan dengan mengikuti ODOP aku bisa lebih konsisten menulis.
Namun mengikuti ODOP bagaikan berjalan diatas tali. Di satu sisi aku mendapatkan hal-hal yang aku inginkan, pelajaran tentang penulisan, teman dan juga motivasi menulis. Namun konsekuensinya, aku harus menyelesaikan tantangan-tantangan di ODOP. Dan bila sekali saja aku lemah, bisa saja aku terdepak. Dan akhirnya aku jatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku terhempas dalam lautan luka dalam. Aku tersesat dan tak tahu arah pulang. Aku tanpamu butiran debu.
Strategi Memenangkan Tantangan-tantangan ODOP
The Big No-No
Sebelum berbicara tentang strategi yang akan aku capai. Hal pertama yang aku cari adalah "The Big NO-NO" yang membuatku selalu terhenti menulis.
1. Kurang Suka Membaca
Bagaimana bisa menghasilkan tulisan sekelas Tere Liye atau Seno Aji kalau aku tidak pernah membaca.
"Tidak membaca tulisan mereka tidak akan berpengaruh banyak, karena aku suka menulis fiksi."
Tapi sob, pandangan itu salah. Membaca bukan hanya mengasah khayalan dan imajinasi kita. Tetapi membaca akan membuka wawasan dan pola pikir kita. Selain itu, membaca buku-buku sastra akan memperkaya bahasa kita. Supaya kamu kalau membuka cerita dengan kata-kata "Di hari yang cerah ini"!.
Karena saat ini aku harus menulis satu post satu hari. Aku harus lebih keras belajar mengisi pundi-pundi ilmu. Yaitu dengan mengubah kebiasaan malas membaca.
2. Ingin Menulis Tema Hebat
Seringkali aku menderita kejengahan karena kehabisan ide. Aku selalu memikirkan bagaimana menulis tulisan-tulisan hebat. Sebuah tulisan hebat seharusnya berasal dari sebuah ide hebat.
Sebenarnya yang aku fikirkan ini salah. Membaca tulisan-tulisan istriku membuatku sadar. Dia memang mengagumkan, dia selalu saja punya ide-ide untuk ditulis. Berbagai genre dan tema dia tulis, entah itu fiksi, pemrograman, pendidikan, parenting bahkan info jualan pun dia tulis.
Sedangkan aku masih saja disini, memandang layar. Tangan mengetuk di keyboard.Tapi selalu kuhapus, ku ketik lagi, dan kuhapus lagi.
3. Merasa Tidak Punya Waktu
Sering kali aku merasa tidak punya waktu untuk menulis. Menjadi programmer sangat menyenangkan. Namun sering kali karena terlalu fokus dalam bekerja, aku melupakan jam pulang. Sampai dirumah anak-anakku menanti mengajak bermain. Bagi mereka, ayah adalah teman bermain yang asik. Sang gajah terserang flu, pilek tiada henti-hentinya (adakah yang ingat lagu ini?).
4. Sering Bingung Membuat Paragraf Pembuka
Jangankan paragraf pertama. Menulis kata pembuka saja aku masih kesusahan mengolah kalimat pertama. Aku tidak mau tulisanku biasa-biasa saja, aku harus membuat sebuah karya indah, eksotik, unik, kreatif dan hebat. Setelah 2 jam berlalu. Belum ada yang aku tulis.
The Big Why
"The Big Way" adalah hal-hal yang membuatku harus menulis. Ada seribu alasan untuk tidak menulis, namun hanya ada 1 alasan untuk mencintaimu.
Seperti yag sudah aku tuliskan sebelumnya, menulis adalah sarana untuk mengikat ilmu. Otak memiliki batas, namun tulisan. Selama masih tersimpan dan terbaca, maka dia akan abadi. Usiaku tak lagi muda, sedangkan pekerjaanku menuntutku untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Kadang aku lupa dengan beberapa hal yang pernah ku pelajari sebelumnya. Dengan menulis. Aku bisa membuka-buka dan mengingat tentang sesuatu yang pernah aku pelajari dan alami.
2. Memberi Manfaat Pada Orang lain
Hal yang selalu aku salah artikan, memberi manfaat dengan orang lain berarti kita harus menulis sesuatu yang bermanfaat, tema-tema hebat, tips and trik hidup makmur sejahtera dan dituliskan dengan kata-kata yang indah seperti bapak Mario teguh.
Padahal tidak harus seperti itu. Tulisan-tulisan dengan tema sederhana atau pengalaman pribadi juga bisa bermanfaat. Tergantung nilai apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain.
Sebuah tulisan akan bermanfaat jika kita memberikan pesan dan pembaca bisa menangkap pesan yang ingin kita sampaikan.
3. Meningkatkan Kualitas Diri
Disadari atau tidak, menulis dapat meningkatkan kualitas diri. Kemampuan komunikasiku termasuk buruk. Sering kali aku merasa frustasi, mengapa orang-orang tidak bisa menangkap yang kumaksud.
Gaya tulisan sangat erat kaitannya dengan cara kita berkomunikasi. Kadang ketika membaca kembali tulisanku aku mengerti mengapa orang-orang tidak bisa menangkap pesan yang kusampaikan.
Dengan menulis, aku bisa menelaah dan memperbaiki gaya komunikasiku. Semakin baik tulisanku, semakin baik pula gaya komunikasiku.
Meski belum ada komplain dari para pembaca blogku tulisanku. Tapi aku sangat berharap masukan ini dari mereka. Semoga saja dengan mengikuti ODOP Batch 8, aku bisa mendapatkan masukan-masukan untuk meningkatkan kualitas tulisanku.
Strategi Untuk Lulus
Untuk memenangkan sebuah tantangan yang berat, kita butuh strategi yang matang. Lalu bagaimana strategiku menghadapi tantangan dan cobaan yang akan aku dapatkan selama mengikuti ODOP?
1. Meningkatkan Kemampuan Literasi
Satu-satunya cara meningkatkan kemampuan literasi adalah dengan lebih banyak membaca dan menulis. Minimal membaca tulisan dari teman-teman peserta ODOP yang lain.
Selain membaca menulis, tentu saja aku harus mengupgrade ilmu. Alhamdulilah di event ODOP, aku rutin mendapatkan nutrisi literasi, baik dalam percakapan grup kelas, grup besar maupun event materi.
2. Bangga Terhadap Tulisan Kita
Meski sering absen menulis. Alhamdulilah masih ada orang-orang yang mampir ke blogku. Ada dua artikel yang sampai saat ini masih sering dikunjungi. Kadang ada yang langsung mengirim message pribadi di Whats App terkait artikelku.
Mungkin mereka menganggap mereka sudah mengganggu waktuku. Padahal tidak demikian. Aku senang sekali mereka mengirim pesan padaku. Hal ini berarti tulisanku memberi manfaat pada mereka. Dan aku suka.
3. Mencari Tema-tema sederhana Namun Bermanfaat
Menuliskan sesuatu yang bermanfaat tidak harus menulis tema-tema atau ide-ide yang besar dan heroik. Kalau berfikir seperti ini terus. Laba-laba di blogku akan semakin banyak. Tulisan-tulisan dengan tema sederhana dan sehari-hari pun sebenarnya bisa bermanfaat bagi orang lain.
Selain itu, tulisan dengan tema sehari-hari akan lebih terasa manfaatnya untuk para pembaca. Karena mereka bisa membandingkan dengan pengalaman mereka. Dan Jika para pembaca aktif memberikan feedback kepada penulis. Penulis bisa memperbaiki tulisan yang tidak sesuai atau menambah sesuai masukan para pembaca, atau mungkin malah mendapatkan ide baru.
4.Berkomunitas
Tujuan berkomunitas adalah berkumpul dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama untuk berjuang bersama sesuai tujuan komunitas. Sama sepertiku ketika bergabung di ODOP. Aku mencari teman seperjuangan yang memberiku semangat ketika lelah menerpa. Selain itu mereka juga akan menjadi tambahan motivasi untuk terus berkarya.
Demikianlah Alasan, tantangan, tujuan dan harapanku bergabung di komunitas ODOP. Semoga aku istiqomah menjalani hari-hari di ODOP dan bisa lulus dengan predikat baik. Thanks for watching, eh thanks for reading. Jangan lupa subcribe. Bagaimana dengan strategi kalian?
Aku gemes deh lihat nulisnya masih aja nggak rapi. Lalu kuingat, aah suamiku kan masih belajar. Harus disupport, jangan kebanyakan dikritik, wkwk. Semangat mas bro, semoga lulus hingga akhir... Kuncinya jangan sampai punya hutang, kecuali punya 7 kunci rahasia. Apa itu? Cari aja di blogku hehe.
ReplyDeleteKita sama-sama masuk kelas yang kalau nggak hati-hati, bisa tergelincir, terus terdepak deh. Semoga anak-anak sabar ya lihat orangtuanya mantengin laptop melulu, wkwk.
ajarin donk, mau dibawain gula kopi?
DeleteSemoga kita lulus semua. Wih pasangan suami istri yang saling support. Mantap, jomlo bisa apaš¤£
ReplyDeletebisa cari istri
DeleteWakakaka, lucu banget baca postingan masa masa bucin plus komentar dari mbak Bojo. Intinya: lanjuttttt Gan!
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir mbak, siap lanjutkan
Delete