Mengatasi Kejenuhan Dengan Merayakan Cinta
Dahulu orang bilang jangan pacaran lama-lama, nanti cepat bosan. Tapi tidak ada yang bilang jangan menikah lama-lama nanti cepat bosan. Apakah karena kalau sudah menikah terus kita nggak merasa bosan? Padahal tiap bangun pagi ketemunya “elo lagi, elo lagi”. Tentu saja tidak, kalau kita selalu merayakan cinta, hingga cinta selalu berkobar dalam dada. “Masak sih?”
Banyak sekali pernikahan yang bertahan
bertahun-tahun melebihi usia pendekatannya, tapi ada juga yang hanya menikah
seumur jagung, padahal pacarannya sudah lama sekali. Ada juga yang sudah
menikah tapi mencintai orang lain. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ketika sebuah hubungan pernikahan terjalin,
tentu saja ada tanggung jawab yang harus dipenuhi, si suami harus mencari rezeki
untuk anak istrinya. Istri harus merawat anak-anak, memasak, menyapu, mengepel
dan lain sebagainya.
Sang suami yang telah menghabiskan waktunya di
kantor/tempat kerja, bekerja bagai kuda. Belum lagi kalau dia tidak bekerja
sesuai passion-nya, mungkin dia merasa sudah bukan sebagai kuda biasa, tapi
kuda nil. Merasa jengah berangkat ke kantor. Tapi demi sesuap nasi untuk anak
istrinya dia harus tetap berangkat.
Lelah di kantor bekerja seperti robot,
melakukan hal-hal itu saja, bertemu dengan itu-itu saja. Sampai di rumah juga
bertemu dengan itu-itu saja. Belum lagi sampai rumah istrinya malah tidur,
anak-anaknya ribut. Darahpun mendidih, asam urat naik, eh apa hubungannya sama
asam urat?
Cinta yang terpupuk begitu indah dan mesra
pada masa pendekatan (pacaran) seakan percuma. Mending nggak usah pacaran,
langsung nikah saja. Paling nggak waktu bertengkar nggak akan ngungkit-ngungkit
masa pacaran yang indah.
Sebagai salah satu orang yang merasakan jaman
jahiliyah alias pacaran, tentu saja aku juga pernah mengalami.
“Dulu kamu selalu merindukanku, mengapa
sekarang tidak pernah terucap?”, tanyanya. “Dulu kan kita nggak serumah, ketemu
cuma di kampus. Ya wajar kalau aku merindumu. Sekarang kita sudah serumah sudah
ketemu terus, tiap malam bobok bareng, pagi juga sudah dibangunin, dimasakin,
masak masih merindu sih,” jawabku.
“Tapi kan kamu kalau siang nggak di rumah, ada
8 jam waktumu untuk merinduku,” nadanya mulai meninggi. “Aku merindumu kok
sayang, tapi kan aku sedang bekerja. Aku harus fokus.” Jawabku dengan tetap
sabar.
“Dulu waktu kita pacaran kamu juga sudah
kerja, tiap jam istirahat kamu selalu ngingetin aku makan.” Nada bicaranya
makin meninggi dan lagi-lagi dia bandingin dulu waktu pacaran. Andai saja kami dulu
nggak pacaran.
Apa pelajaran dari cerita diatas?
Perempuan tidak pernah salah.
Kalau perempuan salah maka dia bisa mencari
berbagai alasan supaya tetap benar.
Kalau perempuan salah, kembali ke pasal 1 dan 2.
Pacaran adalah masa-masa yang sering dirindukan
oleh beberapa orang yang sudah menikah. Buktinya sebagian besar orang yang
berselingkuh melakukan hubungan tidak terikat alias pacaran, bukan hubungan
pernikahan.
Pernahkah kalian mendengar atau membaca berita
pasangan selingkuh kegebrek trus dia menunjukkan bukti bahwa mereka sudah
menikah? Aku pernah dengar sih, tapi pasangan yang tertulis di buku nikahnya
bukan yang bersamanya.
Ada sebuah keadaan di mana berada di rumah, bersama
orang-orang yang (seharusnya) kita
sayangi menjadi tidak mengasikkan dan membosankan. Tentu saja ada banyak sekali
penyebabnya. Tapi ada satu benang merah di antara penyebab-penyebab itu. Yaitu,
kehidupan tidak seperti yang kita inginkan, atau kita menginginkan kehidupan
seperti orang lain.
Lalu bagaimana caranya supaya saat kita berada
di rumah, keluarga kita menjadi hal yang mengasikkan dan membahagiakan?
Mengatasi Kejenuhan Dengan Merayakan Cinta
Merayakan cinta itu apa ya? Untuk apa merayakan
derita tiada akhir. Ah itu kan kata Pat Kay. Semua orang bebas beropini.
Bertambahnya usia pernikahan biasanya menimbulkan
kejenuhan. Beda dengan jaman pacaran yang ketemu cuma di siang bolong atau di malam
hari, atau mungkin cuma saat malam minggu yang syahdu.
Belum lagi jiwa muda yang bergelora plus belum
banyak tanggungan soalnya kita masih jadi tanggungan orang tua. Rasa yang
bergemuruh dalam dada, ditambah dekapan mesra, membuat kita seakan di surga.
Setelah menikah, kita para lelaki harus
bekerja memenuhi takdir sebagai kepala keluarga. Tak lagi bergantung atau dapat
subsidi orang tua, bekerja bagai kuda, eh kok kayak dejavu. Dan lain-lain.
Bahagia? Insyaallah. Tapi pernahkah merasa jenuh?
Pacaran maupun menikah adalah hubungan dua
manusia yang sudah berikrar janji setia, sehidup semati atas nama cinta. Kalau pacaran
lama-lama bisa bosan. Berarti hubungan pernikahan memiliki resiko yang sama.
Buat yang pernah merasakan masa jahiliyah
berpacaran sebelum menikah, maka salah satu cara untuk menyiasati supaya tidak
jenuh, kita harus merayakan cinta seperti saat pacaran dulu yang selalu merayakan
tanggal jadian seperti tanggal ulang tahun. Yang lebih parah malah ada yang merayakan
ulang bulan, tiap tanggal 17 selalu merayakan ulang bulan. Lebay nggak tuh? Eh itu
aku hahaha.
Buat yang belum berpacaran dan diniatkan
taaruf, keputusan kalian lebih bagus. Biar tiap ngungkit-ngungkit masa lalu
nggak mengungkit masa pacaran.
Lalu Bagaimana Cara Merayakan Cinta?
Apa yang aku tulis disini adalah opini pribadi, aku belum pernah baca teorinya dan aku bukanlah pakar cinta. Pacaran saja cuma sekali masak disebut sebagai pakar cinta sih. Tuh mas Kiwil sudah nikah berkali-kali. Eh kok malah ghibah sih. Astagfirullah.
Menikmati Pekerjaan di Kantor
Eh apa hubungannya menikmati pekerjaan di kantor
dengan merayakan cinta? Ada dong. Stress yang kita alami di kantor bisa terbawa
sampai rumah. Kalau begitu jangan kerja sampai stress. Caranya gimana? Nggak tahu
juga sih. Soalnya aku nggak pernah kerja sampai stress pikiran. Satu hal yang memotivasiku adalah, pekerjaanku
bermanfaat bagi orang lain.
Eh tapi kadang aku suka kepikiran kerjaan sampai
rumah sih, kalau ada masalah yang belum ketemu solusinya suka penasaran hahaha,
dasar programmer.
Tapi beneran deh, kalau di kantor stress jangan
pulang duluan, menata hati dulu 5-10 menit baru pulang. Dari pada ntar sampai
rumah anaknya ngajak main, bapaknya malah esmosi.
Bersyukur
Pernah mendengar tentang free will? Free will
kalau dibahasa Indonesiakan adalah kehendak bebas. Aku pernah nonton film yang
dilakoni oleh Will Smith, Inti film tersebut , manusia harus memperjuangkan
free will/ kehendak bebas. Dia kejar-kejaran sama malaikat yang berusaha alur
kehidupan berjalan sesuai dengan yang ditakdirkan. Seru banget, sayang aku lupa
judul filmnya.
Apa hubungannya film itu dengan bersyukur? Ada
dong. Orang yang berusaha mengubah takdir adalah orang yang tidak bersyukur.
Apakah kita tidak boleh mengubah takdir? Tentu saja boleh, tapi takdirmu
berubah bukan karena kamu yang mengubah, tapi Allah mengubah takdir untukmu.
Tidak ada sesuatupun yang berjalan tanpa restu
dari-Nya. Bahkan daun tidak akan jatuh kecuali atas izin-Nya.
Bersyukur adalah cara kita menikmati hidup.
Dengan bersyukur kita bisa menjalani pekerjaan kita dengan baik, bisa tersenyum
ketika pulang kerumah meski tidak disambut dengan senyuman dan segelas teh
hangat.
Memperingati Hari Jadian dan Hari Pernikahan
Siapa yang pas pacaran selalu merayakan hari
jadian, ayo ngacung! Masa pacaran penuh dengan masa-masa indah, bener nggak
coy? Bahkan seringkali kalau pas lagi berdua bercerita, kadang kita bercerita
tentang hari itu, di mana kau dan aku mengucap janji setia. Sayangnya yang
diobrolin bukan janji setia pas ijab kobul. Tapi janji setia pas jadian alias
pacaran.
Tapi nggak apa-apa sih, buat yang terlanjur
pacaran kayak aku, buat yang belum pacaran mending kalian taaruf saja deh, biar
bisa ngobrolin kenangan waktu berjanji setia di depan penghulu, bukan di pinggir
jalan.
Mengingat saat pertama berjanji membuat kita
teringat kembali tujuan kebersamaan ini, ceileee. Tapi please jangan nyanyi
atau pakai background lagu “Sepanjang Jalan Kenangannya Tety Kadi.” Tuh lagu
ceritanya tentang suami istri yang sedang memadu kasih dengan berjalan di sepanjang
jalan yang dulu mereka lalui. Masalahnya tuh lagu tentang suami istri orang
lain.
Simak nih
potongan lagunya:
“Walaupun diriku kini tlah berdua”
“Dirimu pun tiada berbeda”
“Namun kenangan sepanjang jalan itu”
“Tak mungkin lepas dari ingatanku”
Memperingati hari jadian dan hari pernikahan
itu bukan seperti merayakan hari Idul Fitri atau memperingati hari besar agama
ya pren. Peringatan ini hanya untuk mengingat saja, mengobrol santai dengan
istri dan anak-anak sambil makan makanan sederhana seperti ayam goreng, gurami
asam manis, cumi kuah hitam, rendang dan lain sebagainya.
Nah di situ kita cerita juga ke anak-anak
betapa kita menanti dan bersyukur banget dengan kehadiran mereka. Duh nggak cuma
pasangan yang perasaannya bakal melayang, anak-anak juga ikutan senang.
Demikianlah trik mengatasi kejenuhan dalam
berumah tangga yang sudah aku rangkum dari pemikiran seseorang, sebenarnya
masih banyak lagi yang ingin aku tuliskan, namun deadline menanti.
Salah satu cara mengatasi kejenuhan dalam berumah
tangga adalah dengan merayakan cinta. Dengan merayakan cinta, maka hakikat
pertemuan akan terlihat. Karena sesungguhnya hakikat cinta, kitalah yang rasa.
Ahh kurang, maunya tiap malam diajak ngobrol sambil ngopi, nggak ditinggal tidur melulu, wkwkkw...
ReplyDeleteketiduran, habis Affan nggak bobok-bobok
DeleteKok saya nangis ya...sambil ngebayangin pak One yang juga kerja kayak kuda. Masyaallah...itulah sebab kunci surga istri ada di suami. Bahwa hanya karena komitmen sebagai muslim dan keplta rumah tangga yang membuat tetap semangat bekerja.
ReplyDeleteIt's nice to read it! Jadi tahu sudut pandang lelaki. Barakallah
Insyaallah kalau kerjanya karena Allah sih nggak kerasa bu, eh aku satu-satunya peserta laki-laki ya?
DeleteIya, makanya enak kalau kerja yang sesuai dengan passion. Alhamdulillah, di ACT ini pak One seneng banget.
DeleteYang kurang seneng, saya sama anak-anak, karena susah liburnya...heheheh
Gimana nasib joms baca ini hiks
ReplyDeleteYa Allah semoga langgeng ya pak martin dan mba marita.
Yang joms semoga disegerakan mbak, kalau kesulitan tinggal ngontak bu Lillah atau bu Rita, muridnya banyak hehe. Amin mbak
DeleteGimana ini Pak Martin, yang lain terharu, saya malah ketawa dari paragraf awal sampai akhir, mohon Maaf ya Pak Martin. Gokil, seru bacanya!
ReplyDeleteNah kan, aku memang nggak bakat bikin cerita romantis
DeleteAku ngakak juga kok mbak, nggak terharu blas malahan wkwk
DeletePak Martiin, pagi-pagi baca tulisan ini bikin ketawa sendiri. Untung ga ada yg liat
ReplyDeleteUntung nggak ada cctv juga ya
DeleteAku bacanya sambil ketawa si pak, niatnya mau serius bacanya padahal. Semoga nggak cuma jadi jodoh di dunia aja ya pak, tapi di akhirat juga. Duo mar-mar wkk
ReplyDeleteAamiin, terima kasih doanya
Deletehwah cerita duo Mar ini memang selalu luar biasa, semoga selalu langgeng dalam keharmonisan ya brother.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAamiin, sama2 mas. Semoga keluarga mas Yonal Regen juga selalu harmonis dan langgeng
DeleteSudut pandang yang.. 🤭
ReplyDeleteTapi mungkin ini cocok juga buat istri-istri yang harus kerja bagai kuda di luar rumah ya, Pak, harus menikmati pekerjaan dan jangan membawa stres kerja ke rumah. Nanti suami yang selalu salah jadi salah kuadrat. 🤭
Betul, buat para istri yg bekerja, pekerjaan dijadikan santai saja. Istri kan hanya membantu saja. Tapi kalau istri nggak kerja, dia harus bersyukur terhadap gaji suaminya
DeleteBaarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumma fii khoir maaf pak cuma bisa mendoakan saja
ReplyDeleteAamiin, terima kasih mbak
DeleteAllahumma allif baina coach Marita wa Pak Martin kama allafta baina Adam wa Hawa, semoga langgeng hingga jannahNya ya pak .. kudanilnya bikin aku ngikik wkwkkw
ReplyDeleteAamiin, terima kasih mbak
DeleteMasyaAllah, aku jujur awal baca ini ngakak sendiri lho, soalnya itu emang true banget, pacaran saja bisa bosan, apalagi nikah tentu lebih berisiko.
ReplyDeleteAku baru kagum sama tulisan ini di akhirnya pak. Top deh sarannya
Terima kasih mbak. Potensi masalah dipernikahan sangat banyak mbak, apalagi kalau keadaannya/hubungannya lebuh buruk dari pada pas pacaran
DeleteAku tebak pak Martin ini humoris ya.
ReplyDeleteDan orang humoris gak pernah ngebosenin tau, gk percaya pak? Tanya coba istri bapak😄😆😆
nggak juga sih mbak, wkwkwk. Dulu istriku bilang aku orangnya njengkelin.
DeletePantas aja menang pak.. duuhh hebat .t..yaa tulisannya kereeeenn bangeettt .. terharu aku nih paakk. .
ReplyDeleteterima kasih bu
DeletePuitisss euyyyy 🤩
ReplyDeleteAku penasaran inii, mba Marita siap baca postingan yg ini berkaca2 gk sihh? 🤭
Barakallah mba, semoga sakinah mawadah warahmah yaa pernikahannya until Jannah 🙏
Ehh kurang, Pak dan mba nya maksudnya 🤭
DeleteDia ketawa-ketawa kok bu, terima kasih doanya. Aamiin
Delete