Carut marut Data Covid 19
Pada bulan September lalu Kota Semarang sempat digegerkan oleh pengumuman dari Juru Bicara Satgas Percepatan dan Penanganan Covid 19. Pada tanggal 8 Desember 2020 Wiku Adisasmito mengatakan "Perlu menjadi perhatian adalah ada 11 Kabupaten/kota yang memiliki kasus aktif lebih dari 1.000, Kota Semarang 2.591 kasus." Data yang disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Covid menandakan telah terjadi carut marut data Covid19.
"Saya bingung dasar data yang dicatat dan disampaikan Juru Bicara Satgas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, karena datanya jauh berbeda dengan yang dimiliki Pemkot Semarang," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Apa yang disampaikan oleh Walikota Semarang sangat beralasan karena Pemerintah Daerah Jawa Tengah dan Kota Semarang sangat berkomitmen terhadap penanganan Covid 19.
Berita tersebut tidak hanya mengagetkan Walikota Semarang, namun juga Gurbenur Jawa tengah Ganjar Pranowo. Ganjar langsung melakukan cross check dengan instansi terkait tentang masalah ini. "Sekarang lebih kaget lagi karena data keluar tetap sama," imbuhnya.
Mengapa Terjadi Carut marut Data Covid 19?
Terlalu Banyak Pintu Masuk
Data-data yang disampaikan baik oleh Juru Bicara Satgas Percepatan dan Penanganan Covid 19, Walikota Semarang lewat Siaga Corona dan Tanggap Corona yang dimiliki oleh provinsi jateng adalah data valid menurut perhitungan sistem mereka. Lalu mengapa data-data mereka berbeda-beda?
Semua kanal yang aku sebutkan diatas menggunakan aplikasi yang berbeda. Berarti ada 3 data dengan isi yang sama tetapi kenyataannya berbeda. Lalu mengapa 3 data tersebut tidak sama?
Satgas Percepatan dan Penanganan Covid 19 mendapatkan data dari Pusdatin Kemkes yang diambil dari aplikasi All Record milik Kemkes. Kemudia Tanggap Corona Jateng mendapatkan data dari aplikasi Tanggap Corona milik Kominfo Jateng sedangkan Siaga Corona Kota Semarang mendapatkan data dari aplikasi Siaga Corona milik Dinkes Kota Semarang.
Hal ini berarti setiap faskes yang menangani Covid 19 harus melakukan entry di 3 aplikasi tersebut. Data-data yang harus dimasukkan biasanya hampir sama. Masalahnya kita tidak bisa melakukan copy paste seperti halnya di text editor. Semua data harus dimasukkan satu persatu sehingga rawan terjadi kesalahan dan tertinggal (lupa dimasukkan).
Data Yang Di Masukkan Serupa Tapi Tak Sama
Meski data-datanya hampir sama, tapi tidak semua data sama persis. Jumlah Item, istilah antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya kadang berbeda. Misalnya data yang harus dimasukkan di aplikasi All Record tidak terlalu banyak, data di Tanggap Corona sedikit lebih banyak dan untuk pasien meninggal wajib disertai dokumen surat kematian. Kemudian data yang dimasukkan ke Siaga Corona cenderung lebih banyak.
Perbedaan-perbedaan data terjadi karena persepsi masing-masing pemangku kebijakan dan pengembang antar aplikasi tidak sama. Sehingga lagi-lagi fasilitas kesehatan yang dipusingkan dengan permintaan data tersebut.
Item Yang Harus Di Masukkan Sangat Banyak
Pekerjaan Entry Data menyita Waktu Dan Tenaga
Pekerjaan mengentry data Covid 19 sangat menyita waktu dan tenaga. Jumlah Item datanya sangat banyak. Misalnya form 5 dan form 6, jika digabungkang. Jumlah data yang harus dimasukkan sekitar 76 item. Form 5 dan 6 adalah salah satu form di All Record, belum lagi entry data di aplikasi Siaga Corona dan Tanggap Corona Jateng.
Efek Carut Marut Data
1. Ketidak Percayaan Masyarakat Pada Pandemi Covid 19
2. Ketidak percayaan Pemerintah Terhadap Fasilitas Kesehatan Yang Merawat Covid 19
3. Pengeluaran Rumah Sakit Bertambah
Satu Data Kesehatan, Solusi Kebutuhan Data Lintas Instansi
Sebenarnya ada satu solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Sayangnya ego sektoral seringkali menjadi kendala. Satu Data Kesehatan sudah lama sekali digaungkan, namun sampai saat ini tidak ada pencerahan.
Buruknya informasi Covid 19 saat ini adalah semua instansi berusaha mendapatkan laporan secepat mungkin. Korbannya adalah fasilitas kesehatan perawatan Covid 19.
Semua instansi meminta data ke faskes (Fasilitas kesehatan), mau tidak mau faskes harus menurut. Semakin banyak pasien semakin banyak pula data yang harus dimasukkan. Padahal tenaga administrasi nya terbatas.
Bagaimana menerapkan Satu Data Kesehatan?
Konsep satu data menurutku adalah adanya sebuah konsep dimana satu data digunakan bersama. Konsep satu data berkaitan erat dengan sistem bridging data.
Sistem Bridging Data/Bridging System
Perkembangan teknologi Informasi saat ini sudah memungkinkan interaksi data antar aplikasi melalui internet. Teknologi ini sering disebut sebagai sistem bridging data. Bridging data bisa menjembatani kebutuhan antar aplikasi atau instansi sehingga data yang dikirimkan ke instansi A, B dan C sama.
Jalur Informasi Bertingkat.
Pengumpulan Data Terpusat
Pengumpulan Data Terdistribusi
No comments for "Carut marut Data Covid 19"
Post a Comment