ASUS VivoBook S14 S433, Laptop Ciamik Untuk Full Stack Programmer



Dalam dunia developer software modern, ada beberapa jabatan sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Biasanya dalam sebuah tim enginer/ developer ada beberapa bagian seperti berikut:
  1. System Analist
  2. Backend Enginer
  3. Frontend Enginer
  4. Database Administrator
  5. Tester
  6. Insfrastruktur
  7. Operator

Fullstack Programmer?

Susunan tim seperti di atas biasanya kita dapati di perusahaan software developer. Tuntutan kemajuan zaman membuat banyak perusahaan yang memanfaatkan sistem komputerisasi untuk mempermudah dalam menjalankan alur kerja di perusahaan tersebut. Karena bergantung pada aplikasi/ sistem informasi, mereka biasanya hiring programmer untuk develop aplikasi yang mereka butuhkan. Masalahnya IT bukanlah bagian penghasil, bahkan lebih sering menjadi bagian yang banyak mengeluarkan uang.

Meskipun sistem IT membawa banyak manfaat luar biasa untuk sebuah perusahaan, namun karena bukan bagian yang menghasilkan, bagian IT (Teknologi Informasi) seringkali kurang diperhatikan. Baik itu dari sisi infrastruktur, kelengkapan tim dan lain sebagainya. Yang penting aplikasi bisa berjalan dan dikembangkan. Oleh karenanya tak jarang programmer dituntut untuk bisa melakukan semua fungsi di sebuah tim.

Programmer/ developer yang melakukan semua fungsi sebuah tim developer disebut juga dengan istilah full stack developer.
Berapakah gaji seorang full stack programmer? Meski skill set yang dibutuhkan banyak, bukan berarti gajinya merupakan akumulasi dari skill set yang dia miliki. Setiap perusahaan memiliki kebijakan sendiri-sendiri.

Tidak semua skill set yang ada dilowongan akan terpakai. Kadang perusahaan tidak terlalu paham kebutuhannya, lalu skill yang harus dimiliki oleh bagian IT ditulis semua dan dengan polosnya, pada lowongan pekerjaan ditulis "Menguasai bla bla bla".
Padahal belum tentu kebutuhan perusahaan sebanyak itu.

Contohnya perusahaan tempat temanku bekerja, perusahaan itu membuka lowongan web programmer. Requirement yang dituliskan dilowongan pekerjaan seperti berikut: "Menguasai MySQL, PHP, HTML, Javascript Adobe Photoshop, Coreldraw, menguasai dan bisa memaintenance server dll." Padahal job desc  web programmer di perusahaan tempat kerja temanku  hanya membuat dan mengelola web profile perusahaan.

web dinamis bisa dikembangkan dengan CMS supaya update kontennya nggak ribet. Sementara untuk isi konten, baik teks maupun gambar didapat dari bagian marketing.
Skill yang tertulis di lowongan seakan-akan pekerjaannya berat. Padahal pekerjaannya sangat ringan.

My Programming Life

Panggil saja aku "Martin". Aku seorang programmer di sebuah rumah sakit negeri di kota Semarang. Kalau kalian kepo dengan tempat kerjaku, lihat saja di profilku.

Sehari-hari aku bekerja sebagai programmer. Begitulah yang tertera di struktur organisasi dikantorku. Namun sejatinya aku adalah :
  • System Analist
  • Backend Enginer
  • Frontend Enginer
  • Database Administrator
  • Tester
  • Insfrastruktur
  • Operator

Skill Set

Dari keterangan di atas, sudah bisa kau simpulkan, bahwa aku termasuk pada golongan full stack programmer. Setiap kantor membutuhkan skill set yang berbeda-beda, tergantung sistem yang mereka bangun. Dan skill set yang aku miliki untuk diaplikasikan dalam pekerjaan kantor, antara lain:
  • Windows 10
  • Windows Server 2012
  • Ubuntu dan Debian
  • SQL Server
  • Maria DB
  • Visual basic 6
  • Visual Basic .net
  • PHP
  • HTML
  • Javascript
  • Mengerti DNS
  • Mengerti FTP
  • Mengerti Samba
  • dll
contoh alur simrs,
contoh alur simrs, kesamaan bagan bisa dikarenakan alur yang sama, Sumber:  facebook group SIMRS-Jateng

SIMRS

Aplikasi yang kami (aku adalah bagian dari tim SIMRS) kembangkan adalah aplikasi SIMRS. Aplikasi SIMRS sebenarnya adalah gabungan dari banyak aplikasi, tetapi hanya menggunakan satu database. Sistem ini menitikberatkan pada keterkaitan antar bagian di sebuah instansi. Misalnya aplikasi pendaftaran berkaitan dengan aplikasi rawat jalan, kasir, verifikasi dan sebagainya.

Di sinilah asyiknya menjadi programmer full stack, kamu akan paham tentang alur-alur kecil yang nantinya akan disusun menjadi sebuah alur besar. Mempelajari potongan-potongan logika seperti itu sungguh mengasyikkan. Setiap hari akan ada pekerjaan yang berbeda, dan terkadang menemukan something new.

Komputer Kantor

Sebagai programmer fullstack, tentu saja komputer yang aku pakai bukanlah komputer biasa. Komputer alat kerjaku dikantor termasuk komputer paling canggih pada jamannya. Spesifikasinya adalah motherboard game edition dan punya military grade, prosesor core i7, RAM 10 gb, layar resolusi full HD, casing game edition, power supply game edition. Komputer ini cukup kuat dan mampu menangani aplikasi yang aku butuhkan.

Perangkat Portable

Sebagian besar proses koding dilakukan di kantor. Mungkin karena hal tersebut, aku dan teman-teman programmer yang lain tidak diberi fasilitas perangkat portable, seperti laptop, untuk bekerja. Tapi bukan berarti aku selalu berada dan selalu ngoding bekerja di dalam kantor.

Banyak orang menilai membuat aplikasi itu mudah dan cepat. Apalagi setelah pilpres pada jaman dulu kala di mana ada sebuah statement yang tenar membahana; tinggal panggil programmer, 2 hari jadi.

Sebuah aplikasi yang dibangun hanya dalam waktu 2 hari adalah aplikasi yang premature. Membangun sebuah aplikasi ada alur yang seharusnya dijalankan dengan baik. Nggak bisa dong, asal memberi tugas ke programmer dengan syarat besok sudah harus jadi, memangnya ujian?

Sotware Development Life Cycle, sumber: medium
 
Planning

Dalam membuat aplikasi, selalu diawali dengan pembuatan analisa; analisa kebutuhan, analisa alur, analisa dokumen dan lain sebagainya. Dari analisa tersebut akan menghasilkan flow of document/ alur kerja. Setelah itu dibuatlah DFD dan ERD - nya. ERD menghasilkan desain tabel, kemudian desain tabel diuji dengan teknik normalisasi.

Setelah semua tabel yang bersangkutan dengan aplikasi dalam bentuk normal. Barulah dibuat rancangan form/ interface. Setelah rancangan interface selesai, dokumen-dokumen itu diserahkan ke programmer untuk dibuatkan aplikasinya.

Setelah aplikasi selesai dibuat, maka dilakukan testing terlebih dahulu oleh tester. Setelah aplikasi dinyatakan bisa dijalankan. Aplikasi dikirim ke pengguna untuk dipakai. Operator melakukan update aplikasi dan mengajari pengguna aplikasi baru.

Jika semua hal di atas dilakukan oleh satu orang saja. Maka itulah yang disebut dengan programmer full stack.

Sebagai programmer full stack amatir, ada kalanya menghasilkan luput dalam proses analisa. Sebenarnya bukan salah programmernya karena aplikasi SIMRS adalah aplikasi yang besar. Pemakainya bukan hanya satu bagian, tapi dari berbagai bagian. Semua aplikasi saling terhubung. Sehingga ketika aku membuat aplikasi rawat inap misalnya, aku harus memikirkan hubungan aplikasi ini dengan aplikasi rekam medis dan pendaftaran. Karena aplikasi ini ada hubungannya dengan bagian lain.

Kadang user yang tidak lengkap memberikan informasi. Misalnya terkait alur "konsul" dari "rawat inap" ke bedah sentral. "Syarat konsul ke bedah sentral adalah ada catatan SOAP dari dokter anestesi". Aku membuat aplikasi berdasarkan alur awal. Kontrol gagal jika tidak ada catatan dokter (SOAP).

Ternyata catatan SOAP dokter anestesi tidak hanya dari ruang rawat inap. Bisa jadi catatan konsultasinya didapat di klinik rawat jalan sebelum pasien masuk rawat inap. Oke deh, aku ubah aplikasinya, selain sesi rawat inap, aku ambil dari sesi rawat jalan terakhir. Setelah di update, ternyata ada masalah lagi. Pasien ke klinik anestesi bukan pada hari pasien diperintahkan operasi. duh!

Permasalahan-permasalahan seperti ini baru terkuak ketika proses implementasi/ edukasi user. Kan nyebelin. Padahal untuk mengubah aplikasi tidak bisa langsung dari komputer ruangan. Akhirnya aku catat terlebih dahulu, lalu kembali ke kantor SIMRS, baru bisa update aplikasi.


alur develop software, sumber: medium.com

Sebagian besar user sebenarnya sudah paham dengan alur develop ini, tapi aku pernah dihadapkan pada situasi user yang sepertinya kurang paham. Ceritanya aku sedang develop aplikasi monitoring covid. Aplikasi ini web base ya, bukan desktop. Saat itu pak bos presentasi aplikasi covidmon di ruang rapat dan tiba-tiba aku diminta ke atas, ikut presentasi. Biasanya kalau pak bos yang presentasi aku nggak ikut. Aku nungguin pak bos sambil jagain lilin. Soalnya bakal ada banyak request yang harus segera dikerjakan.

Dialog antara aku, user dan bosku kira-kira seperti ini nih:

User: "Mas Martin tolong labelnya diubah ya, jangan pasien dalam perawatan, tapi pasien dalam pengawasan."
Martin: "Oke bu, saya catat dulu"
User: "Kok dicatat sih, dikerjain dong, memangnya dari sini nggak bisa?"
Martin: "Ngerjainnya nanti bu, soalnya source-nya kan di kantor."
User: "Nggak bisa dari sini? Ya sudah sana ke kantor dulu."

Selang beberapa lama ...

User: "Mas Martin ngupdate gini aja lama banget sih?"
Bosku: "Jalan ke SIMRS kan jauh bu."
User: "Lha tadi kan aku bilang sama mas Martin, kerjain disini saja, kenapa harus turun. Kalau dikerjain di sini kan cepet."
Bosku: &^%&!^&^(*^$*@&(*&$*@&$@

Bosku mengirim pesan padaku lewat Whatsapp: "Wes diupdate? yek wes ning kono ae, rak sah mrene. mbok menowo ono updatetan liyane." (Sudah diupdate? Kalau sudah, nggak usah ke sini, nunggu di situ saja, kalau nanti ada request perubahan lagi langsung dikerjain).


FYI, sebagai salah satu keamanan sistem, haram hukumnya meremote source lewat komputer client.

Sebenarnya kami sudah terbiasa dengan komputerisasi. Bahkan RSWN (rumah sakit tempat kerjaku) pernah menjadi juara inovasi sistem pelayanan paperless (Rekam Medik Elektronik). Tapi entah mengapa banyak yang kurang paham tentang pengembangan sistem. Atau mereka tidak tahu kalau RSWN sudah memiliki sistem informasi yang lumayan bagus (menurutku).


Apa sih susahnya mengubah label. Nggak sampai satu menit sudah jadi. Dari ruang rapat ke kantorku, jika ditarik garis lurus cuma, jaraknya hanya 800 meteran. 
Tapi masalahnya, ruang rapat ada di gedung utama lantai 3, sedangkan kantorku ada di ujung rumah sakit. Dan untuk menuju ke sana aku harus melalui turunan tajam dan jalan berkelok penuh cobaan.


Permasalahan ini sebenarnya bisa teratasi kalau aku memiliki perangkat portabel seperti laptop yang mumpuni untuk menjalankan aplikasi-aplikasi yang aku butuhkan. Laptop pribadi yang saat ini aku miliki kurang mumpuni untuk mendukung pekerjaanku dengan maksimal. Kalau cuma buat ngetik sih sudah OK, tapi NOT OKAY kalau untuk menjalankan aplikasi yang lumayan berat seperti membuka aplikasi pemrograman atau desain grafis. Dan sungguh, i'm not okay dengan kondisi ini.

Akhirnya akupun berdiskusi panjang dengan istriku yang notabene seorang ibu rumah tangga sambil nyambi jadi content writer dan blogger.

Aku: "Dik, sepertinya kita butuh laptop baru untuk mendukung kerja kita nih."
Istri: "Kamu kali mas, aku sih masih bisa kok pakai laptop itu."
Aku: "Iya sih dik, tapi kamu kan sekarang sering edit-edit video, kasihan tuh laptopnya."
Istri: "Oke deh kangmas." Jawabnya luluh

(Percakapan sebenarnya tidak semesra ini ya hahaha).

Sebagai pasangan yang freak dengan komputer, kami memiliki kebutuhan yang kurang lebih sama. Aku seorang fullstack programmer yang tentu saja membutuhkan laptop yang bisa menjalankan aplikasi-aplikasi database dan pemrograman. Istriku seorang content writer dan blogger amatir yang juga aktif di komunitas sosial. Bahkan saat ini dia mengurusi bagian media komunikasi komunitas tersebut. Selain mengurusi komunikasi lewat aplikasi chating, juga mengurusi publikasi di blog dan youtube yang tentu saja, kadang membutuhkan edit video. Belum lagi istriku punya hobi nonton film dan ndengerin musik. Suara dan layar harus oke.

Berdasarkan rapat bersama, maka kami menyusun kompetensi yang harus ada pada calon laptop baru kami:
  • Teknologi terkini.
  • Tidak Lemot.
  • Cepat
  • Layarnya bagus
  • Suaranya bagus.
  • Kokoh (Military Grade)

Asus S14 S433 All Variant

Naksir ASUS VivoBook S14 S433

Asus baru saja meluncurkan laptop terbarunya. Dalam peluncuran via daring pada tanggal 8 Mei lalu, ASUS Southeast Asia Regional Director Jimmy Lin mengatakan "Vivo Book S14 dirancang stylist dan trendi untuk mereka yang mengekspresikan diri."

Vivo Book S14 ini pas banget buatku yang introvert. Casing sama aslinya beda jauh. Orang lain melihat aku sebagai orang yang serius. Kalau di kantor aku selalu berada di hadapan komputer dengan muka serius dan kaku. Kalau diajak ngobrol juga serius, selalu memakai bahasa baku sesuai EYD dan sebagainya. Padahal aslinya aku tuh orangnya rame, suka ngobrol. Suka bercanda meski garing. Suka berekspresi, tapi malu kalau difoto atau direkam.

Bila komunikasi dilakukan lewat tulisan, aku suka ngocol. Kalau di group WA dan telegram terlihat ramai, suka bercanda. Kalau sharing ilmu atau teknik koding selalu menjawab dengan panjang lebar kali luas, tinggi dan dimensi. Tapi di real life, aku grogi banget kalau disuruh maju ke depan. Akhirnya aku cuma ngumpet di belakang sambil nunduk. Persis kayak Toby Maguire di Spiderman.

Karena hal itulah, aku merasa klik dengan si VivoBook S14 S433. Aku bahkan sudah minta maaf kepada istriku, "Maafkan aku karena sangat menginginkan si cantik ini." Istriku cuma nyengir mendengarnya. Mau tahu alasanku mengapa naksir VivoBook seri  terbaru ini?

Desain

VivoBook S14 S433 membawa sesuatu yang baru. ASUS sendiri sepertinya ingin seri VivoBook lepas dari kebiasaan yang sudah ada di laptop-laptop ASUS sebelumnya. Entah desain ini hanya ada pada seri ini atau mungkin akan dipakai di seri VivoBook selanjutnya. Namun desain VivoBook S14 S433 adalah sesuatu yang sangat baru dan di luar desain tradisional Asus.

Jika biasanya ASUS menempelkan logo ASUS di tengah laptop. Khususon di VivoBook S14, Asus menempatkan logo ASUS VIVOBOOK di bagian pinggir, sehingga ada sebuah ruang kosong di casing-nya atau yang lebih dikenal dengan negative space. Tampilan yang berbeda ini membuatnya terlihat premium dan elegan. Apalagi casingnya terbuat dari magnesium allow, bukan plastik keras seperti laptop kebanyakan.

Berat ASUS VivoBook S14 hanya 1.4 kg, cukup ringan untuk dibawa kemana-mana. Apalagi aku hobi banget bawa laptop. Rasanya aneh kalau nggak ada laptop di dekatku. Ketebalannya hanya 15.9 mm dan dimensi sebesar 32,4 x 21,3 cm. Laptop ini terlihat compact dan cocok dibawa bepergian kemana saja. Apalagi buat kamu yang suka ngoding di alam bebas.

VivoBook S14 diciptakan untuk kamu yang berjiwa muda, energik dan ingin tampil beda. Selain desainnya yang kekinian. ASUS memberi bonus stiker khusus yang bisa ditempelkan di negative space. ASUS bekerja sama dengan seniman visual asal Jakarta, Muchlis Fachri atau lebih dikenal dengan Muklay.

"Kebebasan berekspresi merupakan pilar utama dari ASUS VivoBook dan seri terbarunya kali ini akan membawakan performa terbaik ditambah dengan desain yang pastinya akan menarik bagi kawula muda," terang Asus Regional Director Southeast Asia, Jimmy Lin
programmer dengan komputernya, sumber: memecollection.net

Banyak yang bilang programmer itu pendiam, kaku, dingin dan introvert. Tapi itu sebenarnya itu terjadi jika kami didepan komputer. Pekerjaanku membutuhkan konsentrasi tinggi, jadi wajar kalau lagi didepan komputer terlihat serius. Mungkin hal-hal itu menciptakan stigma seperti itu.


Berikut ini alasanku kenapa desain Vivo Book S14 S433 sangat menggambarkan seorang programmer:

Ruang kosong/negative space menggambarkan sisi programmer yang pendiam, dingin dan introvert. Kemudian garis tegas diamond cut di setiap sisi Vivo Book dan emblem Asus Vivo Book menggambarkan ketegasan, taat pada alur dan selalu berfikir sistematis. Namun warna-warna ekspresif khas dari Vivo Book S14 menggambarkan keteguhan, keberanian, kreatifitas dan mimpi kami.

Warna-warna Mengesankan

Asus seakan tahu tujuanku membeli laptop. Laptop bukan hanya sebuah alat untuk bekerja. Lebih dari itu. Laptop adalah rekan kerja. Partner. Sebagai partner, kami harus bisa saling mengisi. Seperti yang aku ceritakan tadi. Asus Vivo Book S14 adalah sisi lainku yang tersembunyi.

Vivo Book S14 memiliki 4 varian warna yang seakan memancarkan kepribadian yang selalu aku sembunyikan. Varian warna itu antara lain:  

Resolute Red,.

resolute-red
resolute-red, sumber ASUS


Gaia Green,
gaia-green
gaia green, sumber: ASUS

Indie Black,

indie black
Indie black, sumber: ASUS

Dreamy Silver,
dreamy silver
dreamy silver

Sisi kanan dan kiri Vivo Book S14 S433

Di sisi kiri berisi port power, HDMI, 2 USB 3,0 dan port 3.5 mm untuk audio.

port samping kiri
Port di sebelah kiri
 . Sedangkan sisi kanannya berisi 2 port USB 2.0 dan card reader



Keyboard dan Touchpad

Keyboard

Bukan hanya eksteriornya yang memukau, tampilan di bagian dalamnya pun nggak kalah keren. Keyboard ASUS VivoBook S14 S433 berbahan alumunium berwarna perak. Menggunakan desain Chiclet khas ASUS. Keyboard berukuran full size, tombol fungsi dan panah lebih kecil dari tombol lainnya, dan extra kolom untuk beberapa tombol fungsi di sebelah kanan.

keyboard asus vivobook s14
keyboard ASUS Vivo Book S14


Jarak antar tombol ideal khas laptop Asus. Susunan tombolnya sangat membantu mempercepat dan membuat pekerjaan mengetik tidak melelahkan. Bahkan aku bisa mengetik tanpa melihat keyboard dengan jurus andalanku; jurus 11 jari. Pada intinya dengan konfigurasi susunan tombol, jarak dan daya pegas keyboard ASUS sangat nyaman digunakan untuk mendukung pekerjaanku sebagai seorang full stack programmer. 

Keyboardnya bisa bersinar  karena Vivo Book S14 S433 menggunakan keyboard berjenis backlit keyboard. 
keyboard ASUS Vivo Book S14


backlit di tombol keyboard sangatlah penting, soalnya programmer suka ngalong alias ngoding dimalam hari. Mungkin karena suasana malam yang syahdu, dan di temani suara jangkrik yang mengerik semakin menambah romantisme fana merah jambu.

Ada desain yang tak biasa di keyboard Asus Vivo Book S14. Tombol return/enter dikelilingi neon berwarna kuning. Tombol enter/ return memiliki arti tersendiri bagiku. Aku sangat menyukainya dan sering kutuliskan pada sajak dan cerita.
IF KeyCode=VbKeyReturn THEN gotomewhere END IF
 Di balik satu tombol yang kamu lihat, mungkin saja ada ribuan baris kode di baliknya.

Touchpad


Touchpad Vivo Book S14 S433 cukup lebar dan terasa pas di tangan. Teksturnya kesat dan tidak licin. Sangat nyaman digunakan untuk melakukan navigasi dan mengetuk/ click.

fingerprint di touchpad

Di sisi kanan atas terdapat kotak kecil yang berfungsi sebagai fingerprint. Fingerprint pada VivoBook S14 S433 sudah terintegrasi dengan login windows 10 atau kita kenal dengan nama hello.

Windows Hello adalah fitur login dari windows 10. Fitur ini tidak ada di windows versi lain. Dengan windows hello, kita bisa login ke windows dengan biometric authentification (sidik jari) atau dengan PIN.


windows hello
windows hello

Programmer dan laptop adalah hal yang tidak bisa dipisahkan, rasanya ada yang kurang jika tak ada laptop disampingku. Fitur hello pada Vivo Book S14 menjadi lebih personal. Seperti halnya seorang sahabat, berteman bagai ulat, berharap jadi kupu-kupu.

Programmer tidak bisa dipisahkan dengan kopi. Apalagi programmer freelance, biasanya mereka suka bekerja malam hari. Minuman dan kopi tidak pernah lepas menemani mereka. Asus sangat mengerti hal tersebut. Keyboard dan touchscreen Asus Vivo Book S14 dibekali ilmu tapak digdaya alias ketahanan terhadap percikan air.

Untuk sektor keyboard dan touchpad, aku yakin kalau Vivo Book S14 ini nyaman di jari, nyaman dihati. Soalnya laptopku saat ini juga ASUS. Secara experience aku berpengalaman dengannya.

Layar

Vivo Book S14 S433 memiliki layar berukuran 14 inchi dengan resolusi FHD atau sebesar 1920x1020 pixel.
Dengan resolusi sebesar ini, Vivo Book S14 S433 sangat nyaman digunakan untuk membuat aplikasi. Apalagi aplikasi berbasis web yang tampilannya bisa diperkaya dengan grafis dan video.

Dengan resolusi Full HD, gambar, video maupun web dan aplikasi  terlihat lebih detail.

layar dengan teknologi nanoedge, bezel makin tipis



Vivo Book S14 S433 memiliki reproduksi warna pada color space sRGB 100%.  Dengan reproduksi warna yang akurat. Konten video atau gambar terlihat bagus.

Layar VivoBook S14 menggunakan teknologi NanoEdge display, sehinggal bezelnya lebih tipis. Rasio layar ke body hanya 85% saja. Efeknya, selain ukuran laptop menjadi lebih ramping, layar juga terlihat lebih lega dan immersive.

Pengalamanku menggunakan laptop ASUS entry level, sektor layar dan audio di ASUS lebih baik dari laptop lain dengan range harga yang sama. Nah, apalagi laptop mid-level kan?

Sektor suara juga tidak luput dari perhatianku, programmer adalah pekerjaan yang rawan stress. Apalagi seorang full stack programmer. Bayangkan saja, dia harus mempelajari sistem, mendesign, mendevelop, mengetest dan mendistribusikan aplikasinya sendiri. Menganalisa dan mendesign saja sudah pusing, apalagi kalau semua dilakukan oleh seorang saja.

Apalagi untuk programmer freelance yang lebih suka ngoding di malam hari. Dari pada dengerin suara hati, mendingan dengerin linking park bernyanyi.

Untuk urusan speaker, ASUS jagoannya. Asus punya sistem audio yang sudah terbukti handal, yaitu sonic master. Ditandemkan dengan speaker yang bersertifikasi Harman Kardon. Penggabungan ini menghasilkan reaksi fusi berupa sebuah audio yang jernih dan lantang.

Performa

Hampir semua programmer menyukai laptop dengan performa yang sangat baik. Performa yang baik ditunjukkan dengan minimnya lag di laptop.

Namun laptop tidak bisa mengingkari takdirnya, mereka adalah perangkat portable/mobile. Secara fisik dan rohani, mereka tidak sekuat komputer desktop (personal PC).

Penelitian produsen Hardware mengubah semuanya. Para ilmuwan berlomba-lomba menciptakan laptop dengan performa tinggi. Asus Vivo Book S14 S433 adalah salah satu bukti keseriusan ASUS.

Intel Pentium Generasi 10

Sebagai programmer full stack, laptopku bakalan penuh dengan aplikasi-aplikasi yang membutuhkan fitur multi tasking, mesin virtual dan fitur khusus yang dimiliki oleh Intel. Sebut saja mawar, eh salah. Sebut saja Android Studio.

Intel Pentium memiliki fitur Intel HAXM (Intel Hardware Accelerated Execution Manager (Intel HAXM). Dengan fitur ini, Emulator android akan berjalan lebih cepat. Selain itu ketika pelatihan react native kemarin, ada beberapa teman yang melaporkan android studionya bermasalah di laptop dengan prosesor AMD.

Vivo Book S14 menggunakan prosesor Intel terbaru, yaitu Intel Core generasi 10 dengan pilihan Core I5 dan core I7. Dengan prosesor terbaru, tentu banyak sekali peningkatan performa Maupun fitur dibandingkan generasi sebelumnya..
Intel Generasi 10


Pada prosesor Intel Generasi 10, Intel menyematkan teknologi kecerdasan buatan berpeforma tinggi. Selain itu, untuk meningkatkan pengalaman grafis, Intel mengganti mesin grafis (Intel HD) dengan Intel Iris Plus.

Sedangkan untuk koneksi, Intel menambahkan Wifi 6 dan thunderbold 3 pada chipnya.

Prosesor Intel generasi 10 menggunakan arsitektur 10nm, Sehingga performanya lebih powerfull dan semakin hemat daya.

RAM Lega

Setiap seri Vivo Book S14 dibekali dengan pilihan RAM DDR4 Sebesar 8 GB atau 16 GB, RAM sebesar ini sudah cukup untuk menangani kebutuhan aplikasi-aplikasi yang berhubungan dengan pemrograman dan grafis. Adobe premiere dan Adobe Photoshop bisa berjalan dengan mulus. Apalagi Visual Code?

RAM-nya jenis tanam, entah apa alasan Asus, karena sebagian besar programmer full stack kurang suka dengan RAM yang tidak bisa diupgrade. Sebenarnya RAM tanam memiliki kelebihan disbanding RAM tradisional. RAM tanam sangat berjasa membuat laptop ini menjadi tipis. RAM tanam juga menambah performa, karena RAM tanam biasanya berupa single chips. Lagipula aplikasi yang mau dijalankan bersamaan apa saja sih, sampai butuh RAM yang lebih dari 16GB.

Menurutku, RAM 16 GB sudah cukup memenuhi kebutuhanku untuk ngoding, menjalankan server web dan database, bahkan menjalankan aplikasi grafis seperti Adobe Photoshop.

Video Card Mumpuni

Intel Core Generasi 10 sudah memiliki grafis yang cukup untuk keperluan grafis ringan. ASUS juga menyematkan GPU Nvidia GForce MX 250 dengan 2 GB GDDR 5 pada Vivo Book S14. Game-game popular seperti DOTA dan Counter Strike mampu dijalankan dengan mulus.

Storage

Storage termasuk bagian penyumbang lemot terbesar. Terutama harddisk dengan tipe optical. Sering kali terjadi bottleneck saat proses baca dan tulis. Resource harddisk langsung naik 100%, padahal IO-nya kecil.

FYI, storage utama yang digunakan di Vivo Book S14 S433 adalah SSD PCI-e dengan kapasitas 512 GB dan Intel Optane H-10 (Intel Memory) sebesar 32 GB. Bila storage utama dirasa kurang. Masih ada slot M2 kosong yang bisa dipakai.

Teknologi berkembang sesuai kebutuhan. Begitu juga dengan teknologi storage. Meski harddisk optic masih dipakai, namun sudah ada teknologi lain yang memiliki performa lebih baik. Teknologi itu adalah SSD (Solid State Disk). Teknologi SSD (SATA) memiliki performa 300% - 500% lebih cepat dari harddisk.

Tapi SSD yang dipakai oleh Asus Vivo Book S4 S433 bukanlah SSD SATA. SSD yang dipakai Vivo Book S14 S433 adalah SSD dengan interface PCI-e yang memiliki kecepatan 10x lebih cepat dibandingkan dengan SSD SATA.

Dari akumulasi di atas, peningkatan performa yang didapatkan dari penggunaan SSD PCI-e di Asus Vivo Book S14 S433 dibanding harddisk optic adalah sebesar 20x lipat. WOW, cepat sekali kan?

Belum selesai disini.

S14 S443 dilengkapi juga dengan Intel Optane. Buat yang belum tahu teknologi memory Intel Optane, ini adalah teknologi ekslusif dari Intel yang memanfaatkan memory tambahan sebagai cache. Data-data yang sering digunakan secara pintar akan tersimpan di cache sehingga membuat proses pencarian data menjadi lebih cepat.

Intel mengungkapkan penggunaan Intel Optane mampu membuat performa harddisk konvensional 10x lebih cepat. Uhm… menarik juga, kalau Intel Optane mampu menambah kecepatan harddisk konvensional/ optic hingga10x, lalu bagaimana dengan SSD PCI-e

test kecepatan baca dan tulis harddisk

Saya suka... saya suka!

WiFi 6

Seperti sudah aku singgung pada pembahasan prosesor. Asus Vivo Book S13 S433 menggunakan wifi terbaru, yaitu WiFi 6. Kelebihan WiFi 6 dibandingkan WiFi 5 antara lain:

1. 40% lebih cepat dari Wifi 5
2. Bandwidth 4x lebih besar
3. 75% rendah latency

Kecepatan yang meningkat, banwidth yang lebih besar. Proses distribusi file antar jaringan akan terasa lebih cepat. Uhmm.. aku suka kecepatan.

Konektor yang Lengkap

Kalau diibaratkan sebagai pisau, programmer full stack ibarat sebuah pisau Swiss Army. Tapi programmer bukanlah Macgyver yang pandai dan kreatif menggunakan alat dan bisa memanipulasi sebuah alat. (Yang tahu filmnya berarti kamu sudah tua). Programmer membutuhkan laptop yang punya konektor lengkap. Dia tidak bisa mengkonversi suatu konektor menjadi konektor yang lain.

Dan kabar bahagianya, ASUS Vivo Book S14 S433 memiliki konektor yang cukup lengkap. Berikut daftar konektor/portnya:
  • Konektor HDMI.
  • 1 USB 3 type A.
  • 1 USB 3 type C.
  • 2 USB 2.0.
  • Konektor jack 3.5.
  • 1 micro SD Card Reader

Baterai 

ASUS VivoBook S14 S433 dibekali dengan baterai 50 Wh dengan kemampuan fast charging yang memungkinkan pengisian daya hingga 60 persen hanya dalam waktu 49 menit. Dengan besaran baterai dan konsumsi daya pada prosesor intel generasi 10 yang sangat kecil. Baterai Vivo Book S14 S433 memiliki waktu hidup hingga 12 jam.

Stiker Eksklusif

Ada yang special dengan VivoBook S14 S433 yang dipasarkan di Indonesia. Seperti yang sudah dijelaskan di depan. Asus menyasar generasi milenial untuk lebih berani menunjukkan ekspresinya. Dengan slogan Dare to Be You, Vivo Book S14 S433 keluar dengan desain baru yang progresif namun juga premium. Untuk lebih menunjukkan ekspresinya,

Kesimpulan

Sejak zaman ASUS masih memproduksi motherboard saja, aku sudah jadi fans beratnya. Sekarang pun masih sama. Tak ada yang berubah. ASUS selalu saja memiliki terobosan, inovasi dan memberikan value baru yang belum dimiliki kompetitorinya pada produknya.

Satu hal yang menjadi intisari dari artikel ini adalah:
Sebagai programmer full stack aku sangat menyukai kecepatan/performa. Dengan spesifikasi teknis yang mengejar performa dan daya tahan baterai. Ditambah dengan laptop yang kokoh dan desain yang cantik. ASUS Vivo Book S14 S433 adalah laptop yang ciamik untuk programmer full stack sepertiku.

Kelebihan

  1. Desain yang cantik dengan pilihan warna yang menarik.
  2. Build quality bagus dan kuat.
  3. Kokoh, Memiliki sertifikat military grade.
  4. Layar tajam dengan sRGB 100%.
  5. Performa kencang dan konsumsi daya rendah.
  6. SSD kencang dengan dukungan Intel Optane.
  7. Koneksi wireless menggunakan teknologi terbaru.
  8. Port I/O yang lengkap.
  9. Keyboard nyaman dan tahan percikan air.
  10. Baterai tahan lama dan memiliki kemampuan fast charging.

Kekurangan

  1. RAM onboard. Tidak bisa di upgrade.
  2. Card Reader hanya micro SD, kurang ideal untuk penggunaan sehari-hari. 

Spesifikasi detail


Finish / Color
Indie Black, Gaia Green, Resolute Red,Dreamy Silver
Operating System Windows 10 Home
Processor Intel® Core™ i7-10510U processor
1.8GHz quad-core with Turbo Boost (up to 4.9GHz) and 8MB cache
Intel® Core™ i5-10210U processor
1.6GHz quad-core with Turbo Boost (up to 4.2GHz) and 6MB cache
Graphics NVIDIA® GeForce® MX250
Video memory size: 2GB GDDR5 VRAM
Display 14” LED-backlit IPS Panel HD (1920 x 1080) 16:9
Frameless NanoEdge display with 85% screen-to-body ratio
178° wide-view technology
Memory8GB 2666MHz DDR4
Storage 512GB PCIe SSD
Intel® Optane™ Memory H10 with Solid State Storage
(32GB Optane™ + 512GB SSD)
Interfaces 1 x USB 3.2 Gen 1 Type-C™
1 x USB 3.2 Gen 1 Type-A
2 x USB 2.0
1 x HDMI
1 x Audio combo jack
1 x MicroSD card reader
1 x DC-in
DC-in HDMI USB 3.2 Gen 1 USB-C™ 3.2 Gen 1 Audio jack
Keyboard and Touchpad Keyboard
Full-size backlit, with 1.4mm key travel

Touchpad
Intelligent palm-rejection;
Precision touchpad (PTP) technology supports up to four-finger smart gestures
AudioASUS SonicMaster stereo audio system with surround-sound; smart amplifier for maximum audio performance
Array microphone with Cortana voice-recognition support
3.5mm headphone jack
Certified by Harman Kardon
CameraHD Camera
Wireless ConnectivityWi-Fi
Intel Wi-Fi 6 with Gig+ performance (802.11ax)
Bluetooth®
Bluetooth V5.0
Battery and Power Fast charging: 60% in 49 minutes
50Wh 3-cells lithium-polymer battery
65W power adapter
Plug Type: ø4 (mm)
(Output: 19V DC, 3.42A, 65W)
(Input: 100-240V AC, 50/60Hz universal)
Weight and Dimensions
Height: 1.59cm (0.62 inches)
Width: 32.49cm (12.79 inches)
Depth: 21.35cm (8.40 inches)
Weight: 1.4kg (3.08 pounds)
Included in the Box VivoBook S14
Included SoftwareASUS Splendid
ASUS Tru2life Video
ASUS AudioWizard

Doakan ya teman semoga rasa naksirku pada ASUS S14 S433 ini berujung pada kisah yang indah. Ini ceritaku sebagai full stack programmer yang mengidamkan laptop mumpuni. Kalau kamu punya laptop impian nggak?

6 comments for "ASUS VivoBook S14 S433, Laptop Ciamik Untuk Full Stack Programmer"

Post a Comment