Menggunakan Kata "Jangan" dan "Tidak" yang tepat pada anak

Menggunakan Kata jangan dan Tidak Yang Tepat Pada Anak

 

Kata "Jangan" dan "Tidak" haram diucapkan pada anak, benarkah demikian? Lalu bagaimanakah cara kita menggunakan kata "Jangan" dan "Tidak" yang tepat?

Kalau kita browsing di internet atau membaca buku-buku parenting tentang mengucapkan kata "Jangan" dan "Tidak" saat berbicara dengan anak usia balita, kita akan disuguhi berbagai hasil yang seragam, yaitu "Tidak Boleh". Padahal kita tahu, kata "Jangan" dan "Tidak" adalah kata yang mengacu pada hal yang bila dilakukan akan berakibat buruk.

Kalau kata "Jangan" tidak boleh dikatakan lalu bagaimana cara kita memberitahu pada anak untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan? 

Misalnya anak kita hendak memukul pakai kayu, lalu apa akan kita katakan padanya untuk melarangnya. apakah seperti ini: "Adek, kalau mau mukul jangan ayah, adek mukul meja sajaya." Yakin si anak akan menuruti kita untuk memukul kayu, kalau dia menjawab "Nggak mau. aku maunya mukul ayah." Cadas banget ya 

atau

"Adek, kayunya bagus ya. Tapi lebih bagus lagi kalau nggak dipakai mainan," lalu adek menjawab "Aku nggak mainan kok. aku maunya mukul ayah". Duh, serba salah kan.

Mengapa kita tidak langsung ngomong

"Adek kayunya jangan dipakai buat mukul, sini kayunya ayah pakai buat tatakan tanaman saja." atau "Adek tidak boleh mukul-mukul". Kan lebih enak dan simpel.

Apakah benar jika kita melarang dengan kata "Jangan" atau "Tidak" kepada anak-anak akan memberikan pengaruh psikologis yang akan terbawa hingga anak mencapai usia dewasa. 

Anak kita akan menjadi seseorang yang tidak percaya diri dan tidak mampu membuat keputusan karena takut apa yang dilakukannya adalah hal yang buruk.

Memang benar menggunakan kalimat kalimat positif bisa lebih terekam pada anak. Tapi bukan berarti kita harus selalu menggunakan kalimat positif. Ada saat-saat tertentu kita wajib menggunakan kata "Jangan" dan "Tidak".

Waktu Dan Cara Yang Tepat Untuk Berkata "Jangan" dan "Tidak" 

Ketika Anak Melakukan Sesuatu Yang membahayakan

Anakku Affan suka sekali memanjat lemari buku. Sebagai orang tua tentu kita khawatir. Anak sekecil itu sudah menaiki lemari buku yang tinggi. Kebetulan lemari bukuku ada 3 tingkat. di tingkat ke 3 tidak ada pegangan yang bisa dipegang Affan, sehingga naik ke tingkat 3 akan menjadi hal yang membahayakan jiwa dan raganya. Nah, setiap kali dia naik di tingkat kedua, aku selalu ingatkan dia. "Affan, jangan naik ke lantai 3 ya, "Kenapa Ayah?" tanyanya. "Karena kalau Affan sampai disini (menunjuk tingkat 3), Affan mau pegangan apa?" tanyaku. lalu Affan menjawab "Pegangan Ayah". 

Hikmah apa yang kita dapat dari obrolan imajiner ini? Yang pertama adalah Affan diperbolehkan untuk bertualang, tetapi hanya pada tingkat batas aman. Ah, anak kecil mana tahu batas aman. Anak kecil nggak tahu lah bro, makanya kita beritahu, batas aman ada di tingkat 2, karena di tingkat 3 adek tidak dapat pegangan. Tapi si anak yang super duper kreatif ini bisa menganalisa. Bahwa meski tingkat ke3 tidak aman, namun dengan penjagaan ayahnya. Tingkat 3 yang berbahaya menjadi mudah dan aman untuknya.

Ketika Anak melakukan Hal Buruk Pada Orang lain

Affan lagi, Affan lagi. Kali ini contohnya Affan juga. Karena saat ini dirumahku yang paling usil ya si Affan ini. Saking gemes dan sayangnya Affan ke kakaknya. Dia seringkali secara tak sengaja menganiaya kakaknya. Misanya menduduki kakaknya, bergelayut di kepala kakaknya, memukul punggung kakaknya atau menginjak kaki kakaknya. 
"Affan, kakak jangan didudukin!" perintahku, lalu dia menjawab "Kalau gigi?" kata Affan sambil bergelayut dikepala kakaknya. Kakaknya meronta sambil meringis. "Tidak boleh adek, kasihan kakak. Kakak belum kuat. Sini saja kamu melawan ayah. Kita sama-sama cowok, mari kita selesaikan!" tantangku. Lalu kami berciat-ciat.
 
Hikmah cerita ini. Sebenarnya hal ini sering terjadi di rumah. Maklum si Affan super duper caper. Dia seperti itu karena ditinggal nonton youtube sama kakaknya. Sebagai orang tua kita harus paham hal-hal seperti ini, kebanyakan anak-anak melakukan keusilan diawali dari kurang perhatian, butuh teman dll. Kalimat positif sebaiknya tidak diberikan disini, karena kita sedang memberitahu anak tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Tetapi orang tua juga harus siap menemani anaknya bermain.

Gunakan Intonasi Rendah

Gunakanlah intonasi yang rendah ketika melarang anak-anak melakukan sesuatu. Jangan sampai dia merasa dimarahi atau dicaci. Sebenarnya hal ini lah yang harus kita hindari. Bukan kata "Jangan"nya yang dihindari, Tetapi intonasi dan kemarahanlah yang tidak boleh dilakukan. 
 
Aku belajar banyak dari anakku "Ifa" kakaknya si Affan. Suatu ketika Affan rewel hanya gara-gara bukunya tidak bisa berdiri. Affan berusaha membuat buku tulis berdiri, padahal bukunya tipis. Dia merasa gagal terus dan menangis. 
Waktu itu aku juga tersulut emosi dan marah-marah pada Affan (maaf sedang khilaf). Marahnya sebentar kok, kalau sudah marah begitu,  aku mending diam terus masuk kamar atau duduk diam. 
 
Kakanya datang kemudian berkata dengan lembut, "Ada apa adek, mana tho kakak bantu". lalu kakaknya berusaha membantu, tetapi tidak bisa (bukunya tipis, harus dikasih tatakan supaya bisa berdiri, tapi Affan tidak mau). Laku kakaknya masih berkata dengan lembut "Affan, ini nggak bisa berdiri soalnya bukunya tipis". Adiknya pun menangis makin keras. Lalu Ifa yang tadinya lemah lembut langsung menghardik "Affan, ini memang nggak bisa soalnya bukunya tpis, udah ah kakak capek." hahaha, tuh kan ayah saja nyerah kok. By the way, si Ifa memang mbokke banget.
 

Beri Kesempatan Anak-anak Untuk berfikir

Point ini ada hubungannya dengan point pertama dan kedua. Bermain bersama anak-anak adalah kesempatan kita untuk menanamkan pelajaran-pelajaran yang bisa mengolah pola pikir mereka. Jika anak kita melakukan sesuatu yang berbahaya atau tidak baik, kita bisa menanyakan atau menerangkan kepada mereka tentang hal-hal yang baik dan buruk. Misalnya ketika Affan mengganggu kakaknya. Bukan hanya melerai, kita juga bisa menanamkan kepadanya bahwa menyakiti orang lain adalah hal yang salah. Affan anak yang cukup kritis, biasanya dia bertanya "Kenapa nggak boleh." uhmm, coba ya ayah gigit tangannya dek Affan, coba sakit nggak" Jawabku. Biasanya sih dia senyum-senyum sambil bilang "Nggak Mau," tanda mengerti. 

KONSISTEN!

Sengaja aku tulis memakai huruf besar semua dan tanda seru. Banyak sekali orang tua yang mengeluh, duh anakku kok main game terus. Bahkan aku pernah melihat orang tua yang marah-marah "Kamu kok main game terus, ayo game-nya dimatiin. Kamu tuh mbok belajar, nggak main game terus", "Iya ayah," teriak anaknya dari dalam kamar, sambil tetap main game. 

"Anakku nonton youtube terus, aku jengkel". Tapi anaknya dikasih smatphone. "Tung-tung" kan mereka. Anaknya nggak boleh main game, nonton youtube. Tapi dikasih smartphone. 

"Dik, udah kamu jangan nonton youtube terus," kata ibu sambil nonton youtube.

Duh! bapak-bapak dan ibu-ibu yang budiman. Konsistensi adalah hal yang sangat penting. Kalau bapak dan ibu melarang anak kalian nonton youtube, kalian jangan nonton youtube dong. Kalau nggak mau anaknya main game di handphone. Ambil handphonenya. Case close.

"Mereka kan butuh handphone, sekarang kan lagi sekolah online". Nah, mereka butuh handphone hanya waktu sekolah saja kan? berarti kalau sudah nggak jam belajar handphonenya diminta dong. Berikan pengertian ke mereka, bahwa handphone itu bukan milik mereka. Mereka hanya dipinjami dan mereka harus patuh pada syarat dan ketentuan peminjaman handphone.  

PENUTUP

Penggunaan kata "Jangan" dan "Tidak" bukanlah hal yang haram. Bahkan di Al-Quran kita akan mendapati banyak sekali pemakaian kata "Jangan". Kata "Jangan" berarti tidak boleh dilakukan. Hal tersebut adalah mutlak, karena bisa jadi jika dilakukan akan berakibat fatal. 

Oleh karena itu kita juga harus memperkenalkan anak dengan kata "Jangan" dan "Tidak". Namun pengenalan ini harus memperhatikan batasan dan syarat tertentu supaya anak tidak merasa sedang dimarahi, ditekan, tidak boleh melakukan hal-hal yang mereka sukai, tidak boleh melakukan sesuatu dan lain sebagainya.

Semoga artikel pendek ini bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih sudah mampir, jangan lupa subcribe.


 

 



2 comments for "Menggunakan Kata "Jangan" dan "Tidak" yang tepat pada anak"

  1. Begitulah banyak orang salah kaprah soal penggunaan kata Jangan. Padahal Jangan dan Tidak boleh2 aja asal disampaikan dengan cara yang tepat. Ya seperti contoh di atas, bukan hanya sekedar melarang, tapi disertai penjelasan, jadi anak tahu kenapa dilarang dan dibantu menemukan solusinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, dan orang tua harus konsisten. Kalau anaknya nggak boleh, ortunya juga tidak. Misal nggak mbolehin anaknya nonton youtube, tapi orang tuanya nonton sendiri. Nanti tak tambahin deh

      Delete

Post a Comment